Escort Lelaki Usia Dini
![]() |
| Pasangan LGBT Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2016/03/22/08000051/Biro.Perkawinan.Homoseksual.Pertama.Dibuka.di.India |
Saat ini Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) menjadi sebuah gejala sosial yang sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan di lingkungan masyarakat. LGBT digunakan untuk menunjukkan seseorang atau siapapun yang mempunyai perbedaan orientasi seksual dan identitas gender seperti lesbian, gay, biseksual, atau yang lainnya. Terkadang ada masyarakat yang sulit untuk menerima orientasi seksual. Kesulitan itu menyebabkan para homo dan sejenisnya berkumpul dengan sesama jenis, tidak berbaur dengan manusia yang berlawanan jenis walaupun mereka berkumpul di tengah-tengah masyarakat umum. Hal ini yang membuat para LGBT dianggap berbeda dan memiliki penilaian negatif dari masyarakat.
Lesbian, hampir sebagian besar masyarakat telah mengetahui bagaimana seseorang dapat disebut sebagai lesbian. Lesbian terjadi ketika seorang wanita yang memiliki ketertarikan dengan sesama jenis. Umumnya, wanita lesbian itu memiliki penampilan seperti layaknya laki-laki. Sedangkan gay, jenisnya hampir mirip dengan lesbian. Mereka sama-sama menyukai pasangan sesama jenis. Yang berbeda adalah seorang gay memiliki ketertarikan dengan laki-laki pula. Selain itu, seorang gay tidak memiliki karakter kewanitaan atau bertingkah seperti wanita. Gay selalu bergaya atau bertingkah seperti laki-laki normal pada umumnya.
Lain halnya dengan biseksual, orang seperti ini selain menyukai lawan jenis, mereka juga dapat menyukai orang lain yang memiliki gender yang sama. Contohnya, jika seorang laki-laki menyukai laki-laki tetapi dia juga memiliki hasrat untuk menyukai menyukai perempuan. Lalu, jika transgender memang agak berbeda dari yang sebelumnya. Transgender lebih merujuk kepada perubahan seseorang yang awalnya ia berjenis kelamin laki-laki, lalu dia memilih untuk berubah menjadi perempuan dengan berganti jenis kelamin. Hal ini biasanya disebabkan oleh konflik batin yang dialaminya ketika masih berpenampilan layaknya laki-laki. Perubahan yang ia lakukan dapat membuat ia menjadi nyaman walaupun terlihat aneh di mata orang lain.
Mengerucut ke hal yang lebih spesifik, sesuatu yang akan dibahas adalah tentang homoseksual. Terkadang ada homoseksual yang senang dengan hidup seperti itu dan diterima oleh masyarakat, namun ada juga yang tidak dapat menerima keadaan dirinya dan merasa bahwa dirinya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hal tersebut membuat adanya gejolak di dalam batin mereka.
Jika dilihat dari segi kesehatan mental, menyukai sesama jenis tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah penyimpangan. Menyukai pasangan yang sesama jenis lebih tepat dikatakan sebagai gaya hidup (lifestyle). Mengapa demikian? Karena ketika ada seseorang yang yang merasa bahwa dirinya tidak mendapat tempat di lingkungan sekitarnya, maka ia akan bergabung ke dalam lingkungan gay atau lesbian. Disitulah mereka menemukan jati diri yang sesungguhnya.
Seiring berkembangnya zaman, para gay menjadi sangat intensif menggunakan media informasi, termasuk media sosial. Media sosial ini ditujukan untuk mempromosikan atau mengenalkan diri mereka kepada para pengguna lainnya. Media sosial yang biasa digunakan adalah Grindr. Grindr adalah sebuah jejaring sosial untuk menyatukan pria gay dan biseksual yang ingin bertemu orang lain dengan lokasi yang berdekatan. Cara yang digunakan benar-benar rahasia dan anonim, tanpa harus memberikan informasi pribadi atau harus mengisi profil dengan informasi sensitif untuk mendaftar. Hadir di lebih dari 190 negara dan lebih dari tujuh juta orang yang terdaftar. Dengan kehadirannya di lebih dari 190 negara dan dengan lebih dari tujuh juta orang yang terdaftar. Aplikasi ini menjalin kontak antara dua orang di belahan dunia mana pun, jauh lebih mudah dan benar-benar dapat diakses oleh siapa pun.
Selain
itu, ada pula media sosial Facebook, Twitter, LINE, Instagram yang digunakan
oleh para gay untuk berkenalan satu sama lain. Ada juga grup khusus yang isinya
mempromosikan atau memasarkan profil mereka masing-masing. Lalu, apabila mereka
merasa ada kecocokan, selanjutnya mereka akan menjalin komunikasi secara lebih
intim.
Tak hanya sampai disitu, tim investigasi kami pun mulai mencari kaum LGBT melalui media sosial Twitter dan Instagram. Pencarian dilakukan melalui media sosial Twitter dengan menggunakan hastag agar lebih mudah dan lebih spesifik. Setelah melihat beberapa akun, ditemukanlah satu akun remaja lelaki, sebut saja alias Icang. Seperti biasa, tim investigasi kami pun tak lupa untuk bertanya berapa tarif yang dia kenakan untuk para pelanggannya. Dia memasang tarif Rp. 400.000 per malam. Di media sosial lain, Instagram, kelompok kami juga mencoba untuk mencari akun-akun kaum LGBT menggunakan fake account. Setelah ditelusuri, tim investigasi kami menemukan akun Icang yang sebelumnya telah kami temukan di Twitter. Disana terpampang jelas foto dan video yang ia unggah. Ada foto-foto saat ia sedang bekerja di warung bakso di wilayah Cinere, Depok. Ada pula foto dan video saat ia sedang bertelanjang dada, yang kemungkinan saat itu ia sedang bersama pelanggannya.
Di usia yang terbilang muda yaitu 16 tahun, tak ada yang menyangka bahwa ia akan seperti itu. Ia menyukai sesama jenis namun ia juga masih menyukai lawan jenis. Untuk mengetahui, apakah alasan dia menjajakan dirinya kepada khalayak luas di usia yang masih muda seperti saat ini, tim investigasi kami meminta seseorang yang bernama Alvin sebagai perantara untuk membantu dan menelusuri investigasi ini.
Beberapa hari sebelum proses investigasi, perantara kami yang bernama Alvin sudah mulai melakukan perkenalan lebih dalam dengan Icang. Icang dan Alvin cukup intens mengirim pesan satu sama lain untuk lebih mengenal personal masing-masing. Memang informasi yang digali belum cukup banyak karena keterbatasan waktu. Maka dari itu, untuk mendapatkan informasi secara luas, tim investigasi kami membooking Icang agar dia dapat menceritakan lebih rinci.
Kronologi Investigasi Remaja Penjaja Seks Sesama Jenis
Berbicara soal LGBT dan media sosial, tim investigasi kami melakukan penelusuran investigasi tentang seorang LGBT di bawah umur yang menjajakan dirinya melalui media sosial. Kronologi bermula dari membuat fake account untuk mencari akun-akun LGBT. Lalu mulai untuk mencoba mengirim pesan dan berkenalan melalui aplikasi yang di dalamnya khusus para kaum LGBT. Setelah berkenalan dengan pengguna yang tak lain adalah LGBT itu, tim investigasi kami mulai bertanya apakah mereka open booking atau tidak. Selanjutnya, menanyakan berapa tarif yang mereka pasang untuk sekali booking.Tak hanya sampai disitu, tim investigasi kami pun mulai mencari kaum LGBT melalui media sosial Twitter dan Instagram. Pencarian dilakukan melalui media sosial Twitter dengan menggunakan hastag agar lebih mudah dan lebih spesifik. Setelah melihat beberapa akun, ditemukanlah satu akun remaja lelaki, sebut saja alias Icang. Seperti biasa, tim investigasi kami pun tak lupa untuk bertanya berapa tarif yang dia kenakan untuk para pelanggannya. Dia memasang tarif Rp. 400.000 per malam. Di media sosial lain, Instagram, kelompok kami juga mencoba untuk mencari akun-akun kaum LGBT menggunakan fake account. Setelah ditelusuri, tim investigasi kami menemukan akun Icang yang sebelumnya telah kami temukan di Twitter. Disana terpampang jelas foto dan video yang ia unggah. Ada foto-foto saat ia sedang bekerja di warung bakso di wilayah Cinere, Depok. Ada pula foto dan video saat ia sedang bertelanjang dada, yang kemungkinan saat itu ia sedang bersama pelanggannya.
Di usia yang terbilang muda yaitu 16 tahun, tak ada yang menyangka bahwa ia akan seperti itu. Ia menyukai sesama jenis namun ia juga masih menyukai lawan jenis. Untuk mengetahui, apakah alasan dia menjajakan dirinya kepada khalayak luas di usia yang masih muda seperti saat ini, tim investigasi kami meminta seseorang yang bernama Alvin sebagai perantara untuk membantu dan menelusuri investigasi ini.
Beberapa hari sebelum proses investigasi, perantara kami yang bernama Alvin sudah mulai melakukan perkenalan lebih dalam dengan Icang. Icang dan Alvin cukup intens mengirim pesan satu sama lain untuk lebih mengenal personal masing-masing. Memang informasi yang digali belum cukup banyak karena keterbatasan waktu. Maka dari itu, untuk mendapatkan informasi secara luas, tim investigasi kami membooking Icang agar dia dapat menceritakan lebih rinci.
Mulai
dari menentukan kapan waktu senggang untuk bertemu hingga lokasi mana yang
dipilih untuk mereka saling bertemu. Saat itu, Rabu, 7 Juni 2017 dipilih
sebagai hari ‘eksekusi’. Tim investigasi kami menyewa salah satu hotel yang ada
di wilayah Jakarta Selatan sebagai tempat pertemuan mereka berdua. Tim
investigasi kami sampai di lokasi sekitar jam 4 sore lalu selanjutnya mulai
untuk mengatur peletakan kamera, sound, hingga skenario apa yang
nantinya akan Alvin mainkan.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, yang artinya Icang sudah selesai bekerja dan mulai untuk bersiap-siap berangkat menuju hotel yang telah disewa oleh tim investigasi kami. Tim investigasi sudah dibagi menjadi 4 bagian. Ada yang mengawasi di luar lobby hotel, ada yang menunggu di lobby hotel, ada yang berpura-pura menelpon dan ada yang stand by di dalam kamar hotel yang posisinya persis disebelah kamar mereka.
Setelah mereka masuk ke dalam kamar, perantara kami mulai mencari tahu apakah alasan Icang sudah berani untuk menjajakan dirinya di usia yang masih muda seperti saat ini. Ternyata ia memiliki ibu kandung dan ayah tiri yang mengasuhnya selama di rumah. Namun, sejak tahun 2015 ia keluar dari rumah dan pada saat itu ia masih kelas 1 SMA. Waktu keluar dari rumah, orang tuanya sempat tidak mencarinya. Hal ini sempat membuat Icang merasa kecewa hingga ia menangis.
Setelah menceritakan hal tersebut, ia juga menceritakan sesuatu yang lainnya. Ketika ada orang yang mengirim pesan kepada dia, biasanya Icang akan berpikir bahwa orang tersebut serius untuk bertemu atau tidak. Karena terkadang ada juga yang tidak serius alias saat ditemui malah offline.
Saat mereka sedang asyik ‘bermain’, terjadi sesuatu yang cukup menegangkan. Lalu, tim investigasi kami berpura-pura menelpon agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan itu. Untuk mencegahnya, Alvin mengajak Icang untuk menemaninya ke ATM agar ia dapat menggali informasi lainnya.
Alvin bertanya apakah saat lebaran kemarin ia pulang ke rumahnya atau tidak, ternyata tidak. Ia juga bercerita bahwa ia sedih saat bersekolah, karena ingin seperti teman-teman lainnya yang membawa sepeda motor lalu memiliki uang jajan yang banyak. Namun, ia harus tetap menerima kondisi apapun saat itu. Saat bersekolah dan sudah mendekati ujian pun, pihak sekolah menagih uang agar Icang tetap dapat mengikuti ujian. Namun, orang tuanya terlihat seperti cuek dan tidak berusaha untuk mendapatkan uang agar anaknya tetap dapat mengikuti ujian.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, yang artinya Icang sudah selesai bekerja dan mulai untuk bersiap-siap berangkat menuju hotel yang telah disewa oleh tim investigasi kami. Tim investigasi sudah dibagi menjadi 4 bagian. Ada yang mengawasi di luar lobby hotel, ada yang menunggu di lobby hotel, ada yang berpura-pura menelpon dan ada yang stand by di dalam kamar hotel yang posisinya persis disebelah kamar mereka.
Setelah mereka masuk ke dalam kamar, perantara kami mulai mencari tahu apakah alasan Icang sudah berani untuk menjajakan dirinya di usia yang masih muda seperti saat ini. Ternyata ia memiliki ibu kandung dan ayah tiri yang mengasuhnya selama di rumah. Namun, sejak tahun 2015 ia keluar dari rumah dan pada saat itu ia masih kelas 1 SMA. Waktu keluar dari rumah, orang tuanya sempat tidak mencarinya. Hal ini sempat membuat Icang merasa kecewa hingga ia menangis.
Setelah menceritakan hal tersebut, ia juga menceritakan sesuatu yang lainnya. Ketika ada orang yang mengirim pesan kepada dia, biasanya Icang akan berpikir bahwa orang tersebut serius untuk bertemu atau tidak. Karena terkadang ada juga yang tidak serius alias saat ditemui malah offline.
Saat mereka sedang asyik ‘bermain’, terjadi sesuatu yang cukup menegangkan. Lalu, tim investigasi kami berpura-pura menelpon agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan itu. Untuk mencegahnya, Alvin mengajak Icang untuk menemaninya ke ATM agar ia dapat menggali informasi lainnya.
Alvin bertanya apakah saat lebaran kemarin ia pulang ke rumahnya atau tidak, ternyata tidak. Ia juga bercerita bahwa ia sedih saat bersekolah, karena ingin seperti teman-teman lainnya yang membawa sepeda motor lalu memiliki uang jajan yang banyak. Namun, ia harus tetap menerima kondisi apapun saat itu. Saat bersekolah dan sudah mendekati ujian pun, pihak sekolah menagih uang agar Icang tetap dapat mengikuti ujian. Namun, orang tuanya terlihat seperti cuek dan tidak berusaha untuk mendapatkan uang agar anaknya tetap dapat mengikuti ujian.
![]() |
| Risa Kolopaking, S.Psi, M.Psi Psikolog Anak Sumber: Istimewa |
Pandangan Psikolog Anak
![]() |
| Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Sumber: Istimewa |
Melihat
dari sisi psikologis, Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Ka Seto selaku ketua
LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) menuturkan bahwa saat ini banyak sekali anak-anak yang kurang
mendapatkan kasih sayang dari
orang tuanya dan sebagai orang tua juga kurang menyadari bahwa anak-anak perlu diperhatikan, perlu diajak berkomunikasi, perlu diajak berdikusi dan dilibatkan dalam berbagai hal-hal yang menyangkut kepentingan anak itu sendiri. Kadang-kadang, justru ada yang tidak peduli atau cuek tetapi juga
kadang melakukan pemaksaan atau kekerasan. Hal itu yang membuat anak-anak menjadi
tertekan. Jadi, anak-anak merasa bahwa dirinya bukan termasuk individu yang dibutuhkan
atau dilibatkan dalam pembentukan keluarga. Sehingga timbul suatu kekuatan yang
mengiris hati si anak dan masuk ke
dalam perbuatan yang menyimpang tersebut.
Nilai yang dibawa oleh orang tua atau keluarga itu juga dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Maka dari itu, apabila mendidik anak bukan sekedar logika
saja melainkan harus adanya kasih sayang. Hal tersebut yang sering dilupakan
atau terlewati oleh para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Ka Seto juga menambahkan apabila ayahnya itu bukan ayah kandung, secara psikologis dapat mempengaruhi dirinya. Secara keseluruhan, jika bukan ayah kandung ada sesuatu perasaan yang berbeda. Apalagi kalau sudah ditambah bahwa ayahnya memiliki sifat yang tidak peduli, cuek, tidak perhatian dan lain-lainnya. Hal tersebut akan menambah bobot negatif dari seorang ayah.
Ka Seto juga menambahkan apabila ayahnya itu bukan ayah kandung, secara psikologis dapat mempengaruhi dirinya. Secara keseluruhan, jika bukan ayah kandung ada sesuatu perasaan yang berbeda. Apalagi kalau sudah ditambah bahwa ayahnya memiliki sifat yang tidak peduli, cuek, tidak perhatian dan lain-lainnya. Hal tersebut akan menambah bobot negatif dari seorang ayah.
Seorang
psikolog anak yang bernama Samantha Ananta juga mengutarakan bahwa ada
keinginan dalam dirinya untuk diterima di masyarakat.. Melihat sejarah keluarganya yang dia ditolak, di-reject oleh keluarganya, ada pola pengasuhan yang bernama ‘neglecting parenting’. Menurut Samanta, Icang
membutuhkan pengakuan di lingkungannya yang baru sehingga
dia merasa diterima, dipenuhi
rasa kasih sayang dan diperdulikan oleh lingkungannya yang baru. Namun, tergantung nanti ia berada di lingkungan yang
seperti apa. Mengapa demikian? Karena masa remaja itu adalah masa yang selalu berpegangan pada prinsip pertemanan. “Temen-temen
gue lagi ngapain sih?” “Dapat dianggap keren oleh
teman gue kalo gue melakukan apa sih?” atau “Gue cool kalo gue ngapain? Sehingga temen gue bilang lo
keren banget, lo gini”. Intinya ingin terlihat keren di mata semua
teman-temannya. Sebenarnya, ia masih
bingung apakah mau ke A atau ke B. Semua itu dalam tahap proses pembentukan jati
diri sehingga memang tidak membutuhkan waktu yang sedikit.
Pengaruh lingkungan ini lah yang ternyata berdampak besar. Apalagi di lingkungan kerjanya yang para karyawannya memiliki sifat 11:12 dengannya. Ka Seto juga menambahkan bahwa dari segi sosiologis yang teman-temannya sedikit ‘melambai’ itu terlihat lebih kompak, akrab, peduli, hangat, dan lain-lainnya. Hal tersebut nantinya akan menjadi salah satu faktor yang lebih kuat. Jadi, sesuatu yang sifatnya menyenangkan itu akan berusaha untuk ditingkatkan dan lain halnya apabila sesuatu itu bersifat melukai atau menyakiti maka cenderung untuk ditinggalkan.
Selain itu, ada pula pengaruh dari dalam diri. Namun, menurut pendapat Ka Seto, pengaruh dari dalam diri tidak terlalu besar, mungkin hanya 5% saja tetapi yang 95% justru dari faktor lingkungan. Mungkin hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Kalau dari lingkungannya tidak tepat maka ia tidak terpengaruh tetapi kalau lingkungannya tepat ke arah perilaku menyimpang maka akan membentuk dan jadilah sebagai perilaku yang aktual.
“Sebenarnya anak-anak yang sudah aktif secara seksual itu pada saat mereka puber. Dia mulai ada gejolak-gejolak emosi, yang biasanya apabila kita menyarankan anak-anak di usia remaja untuk aktif berolahraga, aktif dalam banyak kegiatan yang positif. Misalnya, kalau di sekolah ada organisasi yang bernama OSI, klub basket, klub futsal, atau misalnya yang suka dengan musik pasti akan menjadi aktif di band atau paduan suara. Nah, itu dapat mengurangi rasa keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Biasanya kalau remaja itu kan, melihat laki-laki yang disukai saja rasanya dada bergetar dan jantung mau copot. Kita dapat mendengar suara jantung kita sendiri kan. Tapi apabila usia kita sudah menginjak 25 tahun ke atas, 30, 40 dan seterusnya, butuh sentuhan agar dapat lebih merasakan. Melihat laki-laki ganteng pun sudah biasa saja karena faktor usia itu. Lain halnya dengan perempuan yang sudah menginjak usia lanjut alias nenek-nenek, cara memegang tangannya pun halus, perlu di elus-elus. Dia merasa bahwa kalau tangannya di elus, kebutuhannya akan terpenuhi. Dan anak-anak remaja yang dia merasa tiba-tiba melihat ada lawan jenis yang mempesona, biasanya suka langsung deg-degan, disitu dia mulai ada pikiran, berfantasi, berkhayal, dan berkata “Wah kalo dia nggak pake baju kira-kira gimana ya? Badannya bagus nggak? Berotot nggak? Kalo perempuan body gitar Spanyol nggak? Kalo laki-laki six pack nggak?”tu. Nah, itu memang masa aktif berhubungan seksual itu ya dari dia puber hingga usia 40.” Ujar Samantha terkait dengan rentang usia aktif anak secara seksualitas.
Pengaruh lingkungan ini lah yang ternyata berdampak besar. Apalagi di lingkungan kerjanya yang para karyawannya memiliki sifat 11:12 dengannya. Ka Seto juga menambahkan bahwa dari segi sosiologis yang teman-temannya sedikit ‘melambai’ itu terlihat lebih kompak, akrab, peduli, hangat, dan lain-lainnya. Hal tersebut nantinya akan menjadi salah satu faktor yang lebih kuat. Jadi, sesuatu yang sifatnya menyenangkan itu akan berusaha untuk ditingkatkan dan lain halnya apabila sesuatu itu bersifat melukai atau menyakiti maka cenderung untuk ditinggalkan.
Selain itu, ada pula pengaruh dari dalam diri. Namun, menurut pendapat Ka Seto, pengaruh dari dalam diri tidak terlalu besar, mungkin hanya 5% saja tetapi yang 95% justru dari faktor lingkungan. Mungkin hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Kalau dari lingkungannya tidak tepat maka ia tidak terpengaruh tetapi kalau lingkungannya tepat ke arah perilaku menyimpang maka akan membentuk dan jadilah sebagai perilaku yang aktual.
“Sebenarnya anak-anak yang sudah aktif secara seksual itu pada saat mereka puber. Dia mulai ada gejolak-gejolak emosi, yang biasanya apabila kita menyarankan anak-anak di usia remaja untuk aktif berolahraga, aktif dalam banyak kegiatan yang positif. Misalnya, kalau di sekolah ada organisasi yang bernama OSI, klub basket, klub futsal, atau misalnya yang suka dengan musik pasti akan menjadi aktif di band atau paduan suara. Nah, itu dapat mengurangi rasa keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Biasanya kalau remaja itu kan, melihat laki-laki yang disukai saja rasanya dada bergetar dan jantung mau copot. Kita dapat mendengar suara jantung kita sendiri kan. Tapi apabila usia kita sudah menginjak 25 tahun ke atas, 30, 40 dan seterusnya, butuh sentuhan agar dapat lebih merasakan. Melihat laki-laki ganteng pun sudah biasa saja karena faktor usia itu. Lain halnya dengan perempuan yang sudah menginjak usia lanjut alias nenek-nenek, cara memegang tangannya pun halus, perlu di elus-elus. Dia merasa bahwa kalau tangannya di elus, kebutuhannya akan terpenuhi. Dan anak-anak remaja yang dia merasa tiba-tiba melihat ada lawan jenis yang mempesona, biasanya suka langsung deg-degan, disitu dia mulai ada pikiran, berfantasi, berkhayal, dan berkata “Wah kalo dia nggak pake baju kira-kira gimana ya? Badannya bagus nggak? Berotot nggak? Kalo perempuan body gitar Spanyol nggak? Kalo laki-laki six pack nggak?”tu. Nah, itu memang masa aktif berhubungan seksual itu ya dari dia puber hingga usia 40.” Ujar Samantha terkait dengan rentang usia aktif anak secara seksualitas.
Membahas
terkait media sosial, memang saat ini berkembang cukup pesat. Kaitannya dengan
Icang adalah tim kami menemukannya melalui Instagram. Seharusnya sebagai orang
tua yang sadar akan adanya kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, orang tua
tersebut harus ikut mengawasi kegiatan media sosial yang dilakukan oleh
anak-anaknya. Namun, kenyataannya para orang tua kurang up to date
terhadap kecanggihan teknologi. Padahal berkomunikasi melalui media sosial
justru sangat kuat dan intensif.
Diluar itu, apabila dikaitkan dengan agama, ia sudah melepaskan nilai agama yang sudah ditanamkan sejak kecil. Dan perlu diperhatikan bagi orang tua agar menanamkan nilai agama atau nilai moral dengan contoh keteladanan. Nah, keteladanan tersebut dipupuk dengan cara sopan santun, peduli, penuh hormat kepada anak, dan lain-lainnya. Karena apabila nilai agama tidak ditanamkan maka ia akan lepas dalam waktu yang sangat singkat.
Orang tua juga penting untuk menanamkan sex education karena penekanan pada anak untuk mengetahui identitas seksualnya kemudian perilaku yang sesuai dengan identitas seksualnya. Biasanya anak-anak yang cenderung berperilaku menyimpang ini kebanyakan bukan karena faktor genetik melaikan faktor psikologis, yang mungkin dia frustasi, kebingungan tidak pernah jelas, lalu dalam waktu yang sangat singkat menjadi tertarik dalam ajaran-ajaran yang menyimpang. Hal tersebut memang wajib diajarkan kepada anak anak kita walaupun terkadang adanya perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan. Orang tua kebanyakan berpikiran bahwa yang harus dijaga hanya anak perempuan saja padahal anak laki-laki juga patut untuk dijaga agar tidak menjadi korban.
Apabila anak sudah terjerumus atau masuk menjadi kaum LGBT, apakah anak tersebut dapat berubah kembali menjadi hetero? Dan apakah anak dapat terbebas dari belenggu prostitusi? Semua kembali kepada masing-masing anak yang sudah terlanjur masuk ke dalam dunia tersebut. Karena itu sudah berlangsung lama, ia akan merasa bahwa orientasi seksual yang tepat itu yang mana. Jika dia berhenti dari prostitusi, berarti memang ada orang yang dapat mengembalikan dia ke jalan yang benar. Dan dia berjanji untuk bertobat dan tidak akan mengulanginya lagi. Intinya, sang anak harus diajarkan pendidikan seks sejak dini.
Menanggapi persoalan ini, Ka Seto berpendapat bahwa sudah sangat memprihatinkan dan kaum LGBT pun sudah banyak. Memang diperlukan langkah yang sangat serius dan tegas dalam menanggapi persoalan ini. Dan semua dimulai dari dalam keluarga, kita tidak perlu sibuk atau repot dengan masalah yang sudah terjadi tetapi kita juga harus mempersiapkan supaya hal ini tidak terjadi pada generasi berikutnya. Apabila tidak ditanggapi dengan serius, maka akan timbul orang-orang yang baru, ribuan bahkan jutaan.
Diluar itu, apabila dikaitkan dengan agama, ia sudah melepaskan nilai agama yang sudah ditanamkan sejak kecil. Dan perlu diperhatikan bagi orang tua agar menanamkan nilai agama atau nilai moral dengan contoh keteladanan. Nah, keteladanan tersebut dipupuk dengan cara sopan santun, peduli, penuh hormat kepada anak, dan lain-lainnya. Karena apabila nilai agama tidak ditanamkan maka ia akan lepas dalam waktu yang sangat singkat.
Orang tua juga penting untuk menanamkan sex education karena penekanan pada anak untuk mengetahui identitas seksualnya kemudian perilaku yang sesuai dengan identitas seksualnya. Biasanya anak-anak yang cenderung berperilaku menyimpang ini kebanyakan bukan karena faktor genetik melaikan faktor psikologis, yang mungkin dia frustasi, kebingungan tidak pernah jelas, lalu dalam waktu yang sangat singkat menjadi tertarik dalam ajaran-ajaran yang menyimpang. Hal tersebut memang wajib diajarkan kepada anak anak kita walaupun terkadang adanya perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan. Orang tua kebanyakan berpikiran bahwa yang harus dijaga hanya anak perempuan saja padahal anak laki-laki juga patut untuk dijaga agar tidak menjadi korban.
Apabila anak sudah terjerumus atau masuk menjadi kaum LGBT, apakah anak tersebut dapat berubah kembali menjadi hetero? Dan apakah anak dapat terbebas dari belenggu prostitusi? Semua kembali kepada masing-masing anak yang sudah terlanjur masuk ke dalam dunia tersebut. Karena itu sudah berlangsung lama, ia akan merasa bahwa orientasi seksual yang tepat itu yang mana. Jika dia berhenti dari prostitusi, berarti memang ada orang yang dapat mengembalikan dia ke jalan yang benar. Dan dia berjanji untuk bertobat dan tidak akan mengulanginya lagi. Intinya, sang anak harus diajarkan pendidikan seks sejak dini.
Menanggapi persoalan ini, Ka Seto berpendapat bahwa sudah sangat memprihatinkan dan kaum LGBT pun sudah banyak. Memang diperlukan langkah yang sangat serius dan tegas dalam menanggapi persoalan ini. Dan semua dimulai dari dalam keluarga, kita tidak perlu sibuk atau repot dengan masalah yang sudah terjadi tetapi kita juga harus mempersiapkan supaya hal ini tidak terjadi pada generasi berikutnya. Apabila tidak ditanggapi dengan serius, maka akan timbul orang-orang yang baru, ribuan bahkan jutaan.
![]() |
Infografis Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak
Sumber: Istimewa
|
Dengan pengajaran seperti itu anak juga semakin mengerti dan memahami mana yang baik dan buruk untuk indentitas seksualitas mereka dan itu akan membuat semakin kecil presentase anak untuk melakukan perbuattan menyimpang. Kekuatan dari dalam diri yang sudah dibangun sejak kecil membuat seseorang tidak akan terpengaruh dengan lingkungan yang sangat keras di bumi pertiwi ini. Masalah ini memang sangat banyak di dunia, untuk Indonesia sendiri kurang adanya penyuluhan untuk orang tua itu sendiri tentang mendidik anak dari segi seksualitas, bagaimana menjadi orang tua yang baik. Bahkan seharusnya sebelum menikah pun calon yang akan menikah itu harus dapat ilmu bagaimana menjalin hubungan rumah tangga dsb.
Lingkungan yang keras juga tidak dipungkiri menjadi penyebab yang sangat berpengaruh, apalagi di jaman sekarang yang serba moder. Semua informasi dapat diketahui dari mana pun, dapat mempunyai teman baru sampai-sampai segmentasi nya pun meluas. Sekarang ini gadget sudah di kenalkan anak semenjak usia dini, dari mulai bermain hinga menonton video. Jika dalam penggunaan gadget ini tidak diawasi oleh orang tua, kita pun tidak tahu si anak bermain sesuai dengan porsi pada umumnya atau tidak. Ini yang perlu lagi kita cermati dan ketahui bahwa banyak sekali faktor-faktor yang membuat terjadinya pemyimpangan.
Ada beberapa pesan yang perlu disampaikan kepada para orang tua agar dapat menjaga anak-anaknya dengan baik. Yang pertama adalah edukasi tentang seksual. Percayalah bahwa anak itu benar-benar titipan dari Allah dan mereka adalah makhluk hidup yang layak untuk disayang, dijaga, dirawat, dan lain-lainnya. Cara menjaganya cukup mudah untuk dilakukan, misalnya mengucapkan kata ‘permisi’ ketika membersihkan bayi dengan popoknya. Ajarkan sejak kecil bagian-bagian mana saja yang boleh untuk disentuh dengan orang asing atau sebatas pengasuh yang boleh untuk menyentuhnya. Ajarkan pula bagaimana caranya seorang anak membela dirinya dan biarkan anak bermain dengan lawan jenisnya sejak kecil. Karena itu memang naluriahnya anak. Hanya kita batasi, misalnya “Nak kalo main sama si A, dia kan laki-laki, kamu kan perempuan, jangan peluk-pelukkan ya, nggak baik”. Dia harus menjaga organ-organ tubuhnya, karena dia harus belajar menyanyangi dirinya sendiri sebelum dia menyayangi orang lain.
Banyaknya media sosial yang mendukung akan pergaulan bebas ini, membuat pengawasan perlu untuk diperketat dan perlu untuk ditindak lanjuti. Memang ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh kita sebagai manusia yaitu rasa saling tolong-menolong satu sama lain, tetapi juga dibutuhkan waktu yang sangat panjang karena penyakit ini tidak seperti penyakit pada umumnya. Para kaum LGBT ini memerlukan terapi khusus agar dapat keluar dari zona tersebut. Dukungan moril lah yang paling penting untuk menangani permasalahan tersebut. Selain itu, lingkungan yang sehat serta kasih sayang dari keluarga juga sangat penting.
Setelah mengetahui pernyataan dari beberapa ahli psikolog, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ada 5 cara untuk menghentikan penyebaran perilaku tersebut menurut Islam, yaitu:
- Islam mewaijibkan negara berperan besar dalam memupuk ketakwaan rakyatnya agar memiliki benteng dari penyimpangan perilaku semisal LGBT yang dikategorikan sebagai dosa besar.
- Melalui pola asuh di keluarga maupun kurikulum pendidikan, Islam memerintahkan untuk menguatkan identitas diri sebagai laki-laki dan perempuan. Laki-laki dilarang berperilaku menyerupai perempuan, begitu juga sebaliknya.
- Islam mencegah tumbuh dan berkembangnya benih perilaku menyimpang dengan memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan serta memberikan aturan pergaulan sesama dan lawan jenis.
- Secara sistemis, islam memerintahkan negara menghilangkan rangsangan seksual dari publik termasuk pornografi dan pornoaksi. Begitu pula segala bentuk tayangan dan sejenisnya yang menampilkan perilaku LGBT atau mendekati ke arah itu juga perlu untuk dihilangkan.
- Islam juga menetapkan hukuman yang bersifat kuratif (menyembuhkan), menghilangkan LGBT dan memutus siklusnya dari masyarakat dengan menerapkan pidana mati bagi pelaku sodomi (LGBT) baik subjek maupun objeknya.
Intinya, bagi orang tua, penting untuk menjaga anak-anaknya, mencukupi segala kebutuhannya. Anak merupakan titipan dari Tuhan, dimana hal tersebut menjadi tanggung jawab orang tua sebagai wali baginya. Sebagai orang tua yang baik, pengajaran yang diberikan kepada anak tidak harus menggunakan kekerasan, namun juga kasih sayang dan perhatian agar anak dapat mengerti apa yang diajarkan oleh orang tua sehingga hal itu tertanam dengan baik dan dapat diaplikasikan dalam hidupnya kelak.
Sudah semestinya orang tua melindungi anak dari segala sesuatu yang buruk. Menjadi orang tua pada zaman perkembangan teknologi tidaklah mudah, namun penting untuk menjadi orang tua yang cerdas agar dapat mengikuti perkembangan anak dalam media sosial yang digunakan. Begitupula dengan pendidikan seks dini untuk anak pun sudah seharusnya diberikan dan tidak lagi menjadi hal yang tabu di Indonesia. Tujuan dari pengajaran ini, agar anak mengerti mengenai dirinya sendiri dan bagaimana caranya agar ia dapat melindungi dirinya juga menghargai dirinya sehingga terhindar dari hal yang negatif.
Sudah semestinya orang tua melindungi anak dari segala sesuatu yang buruk. Menjadi orang tua pada zaman perkembangan teknologi tidaklah mudah, namun penting untuk menjadi orang tua yang cerdas agar dapat mengikuti perkembangan anak dalam media sosial yang digunakan. Begitupula dengan pendidikan seks dini untuk anak pun sudah seharusnya diberikan dan tidak lagi menjadi hal yang tabu di Indonesia. Tujuan dari pengajaran ini, agar anak mengerti mengenai dirinya sendiri dan bagaimana caranya agar ia dapat melindungi dirinya juga menghargai dirinya sehingga terhindar dari hal yang negatif.








Komentar
Posting Komentar